OPERASI PLASTIK DI
KALANGAN SELEBERITI
DALAM
MENDONGKRAK
POPULARITAS
Oleh :
Zainullah (13040564001)
Putri Ayu Kembangsari (13040564010)
Mutoharoh (13040564056)
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum
Jurusan Ilmu Sosial
Prodi Sosiologi
2016
Penampilan
fisik manusia adalah segala sesuatu berhubungan dengan penampilan luar manusia
yang mudah diamati dan dinilai oleh manusia lain. Penampilan fisik secara disadari
atau tidak, dapat menimbulkan respon atau tanggapan tertentu dari orang lain.
Sekalipun dalam kenyataannya banyak ahli yang tidak setuju jika penilaian akan seseorang di
dasarkan pada penampilan luarnya.
Tetapi
saat ini penampilan fisik yang menarik sudah dijadikan sebagai syarat tidak resmi di beberapa lapangan pekerjaan.
Beberapa lapangan pekerjaan telah menuntut para pegawai untuk berpakaian dan
berpenampilan baik dalam menerima konsumen. Peran penampilan fisik adalah
untuk memberikan deskripsi atau gambaran singkat diri orang tersebut.
Sekalipun
di berbagai bidang pekerjaan dituntut untuk berpenampilan menarik. Meskipun
begitu setiap orang tetap mengutamakan
penampilannya, tak heran jika mereka yang ingin menjadi orang yang berpenampilan
cantik dan modis. Seperti merubah bentuk wajah dan tubuh melalui bedah plastik
sudah menjadi trend bagi semua orang yang berdompet tebal, terutama para artis.
Baik
itu artis lokal maupun dari manca negara. Mereka merasa kurang puas dengan
beberapa bentuk tubuhnya terutama di bagian wajah, atau para artis sudah
berusaha sekuat tenaga menurunkan berat badan mereka dengan berbagai cara namun
timbangan tidak pernah berkurang. Akhirnya mereka memilih operasi plastik
sebagai jalan keluarnya.
Banyak
artis tidak mau mengakui bahwa mereka melakukan prosedur kosmetik ini, selain
malu karena dianggap kecantikannya “tidak asli” mereka juga tidak mau semakin
banyak artis lain menjadi lebih cantik dan lebih menarik dibanding dirinya.
Karena semakin banyak wajah cantik dan tubuh seksi bermunculan tentu saja
persaingan dalam dunia entertainment akan semakin sulit.
Namun
bukan berarti semua artis tidak mengakuinya, beberapa artis Indonesia
menyatakan bahwa mereka telah melakukan tindakan pembedahan yang bersifat
kosmetik ini, berikut nama-nama artis ataupun penyanyi Indonesia yang melakukan
operasi plastik. Melly Goeslow, Ivan Gunawan, dan Krisdayanti ==> melakukan
operasi sedot lemak agar tubuhnya menjadi langsing. Selain sedot lemak, artis
Krisdayanti juga melakukan operasi memancungkan hidung. Julia Perez, Indah
Kalalo dan Ruth Sahanaya ==> melakukan operasi pembesaran payudara agar
mereka lebih percaya diri tampil di depan umum. Dewi Persik ==> penyanyi
dangdut ini merubah bentuk dagunya menjadi lebih lancip dan juga memancungkan hidungnya.
Titi DJ ==> artis dan penyanyi ini beberapa kali melakukan operasi plastik,
yaitu tummy tuck (meratakan perut), sedot lemak, dan pengecilan payudara. Becky
Tumewu ==> mengalami masalah payudaranya besar sebelah, sehingga artis ini
melakukan operasi payudara agar tidak besar sebelah lagi.
Untuk menganalisis
permasalahan tersebut tulisan ini mengangkat konsep teori Jean Baudrillard yang
juga merupakan salah satu tokoh sentral postmodern. Sebelum menganalisis
permasalahan tersebut perlu kiranya untuk mengetahui dan memahami beberapa
gagasan pemikiran Baudrillard. Baudrillard menawarkan tiga konsep yang dapat digunakan untuk membaca dan memahami realitas
tersebut.
Konsep pertama adalah simulakra
yaitu realitas yang belum di treadmen atau realitas yang belum dirubah (realitas yang masih asli).
Konsep kedua,
simulasi
yaitu ketika seseorang melakukan perawatan atau proses yang digunakan. Konsep
ketiga,
hiperealitas
yaitu realitas ciptaan yang terlihat lebih nyata atau keaslian berbaur
rekayasa.
Gagasan Baudrillard ini
merupakan refleksi perkembangan pemahaman masyarakat sebagai akibat dari
kemajuan teknologi yang berkembang pada masyarakat kapitalis yang syarat akan
praktik komodifikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran dalam ruang budaya
konsumer membuat Baudrillard mengkaji realitas yang membangun rasionalitas
masyarakat dewasa kini.
Fokus utama pemikiran
Baudrillard terletak pada pengaruh kemajuan teknologi dalam proses reproduksi
objek dalam masyarakat kini terutama dalam kebudayaan barat dengan apa yang
disebutnya sebagai simulasi. Simulasi menghasilkan ruang tersendiri yang
disebut sebagai ruang simulakrum, dan ruang simulakrum tersebut berisikan
realitas-realitas semu (hiperealitas). Kata hiper sendiri berasal dari bahasa
Yunani yakni “hiper” yang berarti
lebih, diatas, atau lebih dari normal.
Dalam dunia simulasi sulit
dibedakan batas-batas antara imajinasi dan realitas, keduanya menjadi setara
karena posisi imajinasi berada dalam realitas itu sendiri. Antara yang nyata
dan imajinasi dalam dunia simulasi kedua hal tersebut luruh dalam ruang
siulakrum. Kesadaran yang dibentuk oleh realitas semu merupakan kesadaran dalam
bentuk simulasi. Pemaknaan dunia dalam era simulasi didasari atas realitas semu
melalui citra-citra yang dihasilkan oleh berbagai kecanggihan teknologi dan
informasi. Definisi realitas kemudian bergeser menjadi apa yang memungkinkan
untuk diproduksi secara setara.
Dalam era modern saat ini
dapat kita jumpai berbagai kecanggihan dari teknologi informasi. Kemutakhiran
dari teknologi dan informasi tersebut dapat kita rasakan dalam dunia medis,
salah satunya dalam bidang kecantikan. Operasi plastik salah satunya, yang
merupakan salah satu cara instan untuk membentuk (memproduksi) kecantikan yang
diinginkan. Operasi plastik pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki disfungsi
tubuh, namun pada masyarakat postmodern yang syarat akan sifat konsumtifnya saat
ini operasi plastik dijadikan sebagai ajang untuk memenuhi hasrat mereka akan
konsumsi tanda cantik (ideal) tersebut.
Baudrillard percaya bahwa
konsumsi objek-objek menentukan tatanan sosial masyarakat. Mengadaptasi teori
strukturalis, Baudrillard berasumsi bahwa akan adanya relasi timbal balik
antara individu dan sistem makna dalam masyarakat. Sistem makna memaksakan
kekuasaannya terhadap individu dengan cara bahwa melalui sistem makna
tersebutlah individualitas mendapat makna.
Konsekuensinya, konsumen
sudah tidak lagi mementingkan nilai guna dari operasi plastik itu sendiri,
melainkan lebih pada nilai tanda dari operasi plastik. Operasi plastik
dilakukan untuk mendapatkan citra dan makna guna menjadikan diri mereka berbeda
dari yang lain secara sosial, artinya operasi plastik ini sebagai bentuk tanda
terhadap afiliasi sosial tertentu. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya
bahwa operasi plastik dijadikan trend bagi mereka yang berdompet tebal dan
salah satunya adalah pada kalangan artis, karena memang benar bahwa operasi
plastik membutuhkan biaya yang dapat dikatakan tidak murah.
Konsumsi kini disadari
dilakukan bukan semata-mata karena kebutuhan dan kegiatan diproduksi bukan
semata-mata untuk menghasilkan kebutuhan dasar melainkan salah satunya untuk
meningkatkan kebanggaan simbolik. Seseorang yang mampu untuk menjadikan dirinya
cantik secara visual akan mendapatkan prestise yang lebih dibandingkan orang
yang dikategorikan kurang cantik. Hal ini dilakukan oleh para artis, melalui
operasi plastik mereka memperindah bentuk tubuh mereka guna mendapatkan nilai
jual yang lebih dihadapan media dan masyarakat serta juga agar tidak kalah
saing dengan para artis lain yang kemungkinan juga melakukan hal yang sama
dengan yang dilakukannya yakni operasi plastik.
Ditinjau dari pemikiran
Baudrillard yang terbagi menjadi tiga konsep pemikiran, yakni yang pertama
adalah simulakra, realitas yang sesungguhnya. Jadi, jika dikontekstualisasikan
pada permasalahan yang sedang dikaji maka dapat dikatakan bahwa simulakra
merupakan kondisi awal (pertama) dimana sebelum dilakukannya operasi plastik.
Sesuatu yang benar-sudah sudah “given”
pemberian sang pencipta terhadap dirinya. Tidak ada campur tangan dari manusia
yang dapat dikatakan sebagai pencipta kedua.
Kedua adalah simulasi, yang
merupakan proses dari operasi plastik itu sendiri. Mulai dari konsultasi,
pemberian suntikan, pembentukan bentuk tubuh yang diinginkan, dan proses yang
lainnya, sehingga diakhir dari proses tersebut dihasilkan bentuk tubuh yang
diinginkan. Menurut Baudrillard bentuk tubuh yang sudah dipermak sedemikian
rupa inilah yang dinamakan sebagai realitas semu (hiperrealitas). Melalui
konsumsi nilai tanda operasi plastik tersebutlah menjadikan suatu bentuk
identitas diri yang lebih nyata daripada realitas sebenarnya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa
maraknya operasi plastik yang dilakukan oleh para artis merupakan salah satu
realitas yang menggambarkan bahwa telah terjadinya pergeseran konsumsi nilai
guna menjadi nilai tanda. Tanda cantik (ideal) marak diperebutkan guna sebagai
bentuk afiliasi sosial tertentu. Tanda cantik tersebut mampu untuk meningkatkan
kebanggaan simbolik bagi yang telah memperoleh tanda tersebut. Namun disisi
lain dengan maraknya konsumsi tanda tersebut telah membuat orang-orang tidak
mampu untuk membedakan mana realitas yang nyata dan mana yang semu. Sehingga
orang-orang di era postmodern ini menurut baudrillard dapat dikatakan hidup dibawah
bayang-bayang hiperealitas.
Daftar
Pustaka
Demartoto, Argyo. 2009. Membedah Gagasan Post Modernisme
Baudrillard: Realitas Semu. Jurnal
Sosiologi Dilema . (Online). Vol. 1 No. 2. (http://journal.ui.ac.id. Diakses 25 Februari
2016).
Eka Wenats
Wuryanta, Makalah Teori Kritis Simulacra
dan Hyper-reality Super Junior,
Representasi Ketampanan Lewat pencitraan dan konstruksi Media. htm
Idi Subandy Ibrahim
(ED.), Lifestyle Ecstacy: Kebudayaan Pop dalam "Masyarakat Komoditas"
Indonesia, Jalasutra, Yogyakarta.
Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi
Modern. Jakarta: Kencana
Sitorus,
Shinta Megawati. 2014. Konsumsi Nilai
Tanda Operasi Plastik Ditinjau Dari Pemikiran Baudrillard. Jakarta:
Universitas Indonesia. Disertai tidak diterbitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar