Jumat, 13 Mei 2016

Cultural Studies (Analisis Teori Baudrillard)



OPERASI PLASTIK DI KALANGAN SELEBERITI DALAM MENDONGKRAK POPULARITAS


Oleh :
Zainullah                                 (13040564001)
Putri Ayu Kembangsari           (13040564010)
Mutoharoh                              (13040564056)




Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum
Jurusan Ilmu Sosial
Prodi Sosiologi
2016




Penampilan fisik manusia adalah segala sesuatu berhubungan dengan penampilan luar manusia yang mudah diamati dan dinilai oleh manusia lain. Penampilan fisik secara disadari atau tidak, dapat menimbulkan respon atau tanggapan tertentu dari orang lain. Sekalipun dalam kenyataannya banyak ahli yang tidak setuju jika penilaian akan seseorang di dasarkan pada penampilan luarnya.
Tetapi saat ini penampilan fisik yang menarik sudah dijadikan sebagai syarat tidak resmi di beberapa lapangan pekerjaan. Beberapa lapangan pekerjaan telah menuntut para pegawai untuk berpakaian dan berpenampilan baik dalam menerima konsumen. Peran penampilan fisik adalah untuk memberikan deskripsi atau gambaran singkat diri orang tersebut.
Sekalipun di berbagai bidang pekerjaan dituntut untuk berpenampilan menarik. Meskipun begitu setiap orang tetap mengutamakan penampilannya, tak heran jika mereka yang ingin menjadi orang yang berpenampilan cantik dan modis. Seperti merubah bentuk wajah dan tubuh melalui bedah plastik sudah menjadi trend bagi semua orang yang berdompet tebal, terutama para artis.
Baik itu artis lokal maupun dari manca negara. Mereka merasa kurang puas dengan beberapa bentuk tubuhnya terutama di bagian wajah, atau para artis sudah berusaha sekuat tenaga menurunkan berat badan mereka dengan berbagai cara namun timbangan tidak pernah berkurang. Akhirnya mereka memilih operasi plastik sebagai jalan keluarnya.
Banyak artis tidak mau mengakui bahwa mereka melakukan prosedur kosmetik ini, selain malu karena dianggap kecantikannya “tidak asli” mereka juga tidak mau semakin banyak artis lain menjadi lebih cantik dan lebih menarik dibanding dirinya. Karena semakin banyak wajah cantik dan tubuh seksi bermunculan tentu saja persaingan dalam dunia entertainment akan semakin sulit.
Namun bukan berarti semua artis tidak mengakuinya, beberapa artis Indonesia menyatakan bahwa mereka telah melakukan tindakan pembedahan yang bersifat kosmetik ini, berikut nama-nama artis ataupun penyanyi Indonesia yang melakukan operasi plastik. Melly Goeslow, Ivan Gunawan, dan Krisdayanti ==> melakukan operasi sedot lemak agar tubuhnya menjadi langsing. Selain sedot lemak, artis Krisdayanti juga melakukan operasi memancungkan hidung. Julia Perez, Indah Kalalo dan Ruth Sahanaya ==> melakukan operasi pembesaran payudara agar mereka lebih percaya diri tampil di depan umum. Dewi Persik ==> penyanyi dangdut ini merubah bentuk dagunya menjadi lebih lancip dan juga memancungkan hidungnya. Titi DJ ==> artis dan penyanyi ini beberapa kali melakukan operasi plastik, yaitu tummy tuck (meratakan perut), sedot lemak, dan pengecilan payudara. Becky Tumewu ==> mengalami masalah payudaranya besar sebelah, sehingga artis ini melakukan operasi payudara agar tidak besar sebelah lagi.
Untuk menganalisis permasalahan tersebut tulisan ini mengangkat konsep teori Jean Baudrillard yang juga merupakan salah satu tokoh sentral postmodern. Sebelum menganalisis permasalahan tersebut perlu kiranya untuk mengetahui dan memahami beberapa gagasan pemikiran Baudrillard. Baudrillard menawarkan tiga konsep yang dapat digunakan untuk membaca dan memahami realitas tersebut. Konsep pertama adalah simulakra yaitu realitas yang belum di treadmen atau realitas yang belum dirubah (realitas yang masih asli). Konsep kedua, simulasi yaitu ketika seseorang melakukan perawatan atau proses yang digunakan. Konsep ketiga, hiperealitas yaitu realitas ciptaan yang terlihat lebih nyata atau keaslian berbaur rekayasa.
Gagasan Baudrillard ini merupakan refleksi perkembangan pemahaman masyarakat sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang berkembang pada masyarakat kapitalis yang syarat akan praktik komodifikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran dalam ruang budaya konsumer membuat Baudrillard mengkaji realitas yang membangun rasionalitas masyarakat dewasa kini.
Fokus utama pemikiran Baudrillard terletak pada pengaruh kemajuan teknologi dalam proses reproduksi objek dalam masyarakat kini terutama dalam kebudayaan barat dengan apa yang disebutnya sebagai simulasi. Simulasi menghasilkan ruang tersendiri yang disebut sebagai ruang simulakrum, dan ruang simulakrum tersebut berisikan realitas-realitas semu (hiperealitas). Kata hiper sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni “hiper” yang berarti lebih, diatas, atau lebih dari normal.
Dalam dunia simulasi sulit dibedakan batas-batas antara imajinasi dan realitas, keduanya menjadi setara karena posisi imajinasi berada dalam realitas itu sendiri. Antara yang nyata dan imajinasi dalam dunia simulasi kedua hal tersebut luruh dalam ruang siulakrum. Kesadaran yang dibentuk oleh realitas semu merupakan kesadaran dalam bentuk simulasi. Pemaknaan dunia dalam era simulasi didasari atas realitas semu melalui citra-citra yang dihasilkan oleh berbagai kecanggihan teknologi dan informasi. Definisi realitas kemudian bergeser menjadi apa yang memungkinkan untuk diproduksi secara setara.
Dalam era modern saat ini dapat kita jumpai berbagai kecanggihan dari teknologi informasi. Kemutakhiran dari teknologi dan informasi tersebut dapat kita rasakan dalam dunia medis, salah satunya dalam bidang kecantikan. Operasi plastik salah satunya, yang merupakan salah satu cara instan untuk membentuk (memproduksi) kecantikan yang diinginkan. Operasi plastik pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki disfungsi tubuh, namun pada masyarakat postmodern yang syarat akan sifat konsumtifnya saat ini operasi plastik dijadikan sebagai ajang untuk memenuhi hasrat mereka akan konsumsi tanda cantik (ideal) tersebut.
Baudrillard percaya bahwa konsumsi objek-objek menentukan tatanan sosial masyarakat. Mengadaptasi teori strukturalis, Baudrillard berasumsi bahwa akan adanya relasi timbal balik antara individu dan sistem makna dalam masyarakat. Sistem makna memaksakan kekuasaannya terhadap individu dengan cara bahwa melalui sistem makna tersebutlah individualitas mendapat makna.
Konsekuensinya, konsumen sudah tidak lagi mementingkan nilai guna dari operasi plastik itu sendiri, melainkan lebih pada nilai tanda dari operasi plastik. Operasi plastik dilakukan untuk mendapatkan citra dan makna guna menjadikan diri mereka berbeda dari yang lain secara sosial, artinya operasi plastik ini sebagai bentuk tanda terhadap afiliasi sosial tertentu. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa operasi plastik dijadikan trend bagi mereka yang berdompet tebal dan salah satunya adalah pada kalangan artis, karena memang benar bahwa operasi plastik membutuhkan biaya yang dapat dikatakan tidak murah.
Konsumsi kini disadari dilakukan bukan semata-mata karena kebutuhan dan kegiatan diproduksi bukan semata-mata untuk menghasilkan kebutuhan dasar melainkan salah satunya untuk meningkatkan kebanggaan simbolik. Seseorang yang mampu untuk menjadikan dirinya cantik secara visual akan mendapatkan prestise yang lebih dibandingkan orang yang dikategorikan kurang cantik. Hal ini dilakukan oleh para artis, melalui operasi plastik mereka memperindah bentuk tubuh mereka guna mendapatkan nilai jual yang lebih dihadapan media dan masyarakat serta juga agar tidak kalah saing dengan para artis lain yang kemungkinan juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukannya yakni operasi plastik.
Ditinjau dari pemikiran Baudrillard yang terbagi menjadi tiga konsep pemikiran, yakni yang pertama adalah simulakra, realitas yang sesungguhnya. Jadi, jika dikontekstualisasikan pada permasalahan yang sedang dikaji maka dapat dikatakan bahwa simulakra merupakan kondisi awal (pertama) dimana sebelum dilakukannya operasi plastik. Sesuatu yang benar-sudah sudah “given” pemberian sang pencipta terhadap dirinya. Tidak ada campur tangan dari manusia yang dapat dikatakan sebagai pencipta kedua.
Kedua adalah simulasi, yang merupakan proses dari operasi plastik itu sendiri. Mulai dari konsultasi, pemberian suntikan, pembentukan bentuk tubuh yang diinginkan, dan proses yang lainnya, sehingga diakhir dari proses tersebut dihasilkan bentuk tubuh yang diinginkan. Menurut Baudrillard bentuk tubuh yang sudah dipermak sedemikian rupa inilah yang dinamakan sebagai realitas semu (hiperrealitas). Melalui konsumsi nilai tanda operasi plastik tersebutlah menjadikan suatu bentuk identitas diri yang lebih nyata daripada realitas sebenarnya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa maraknya operasi plastik yang dilakukan oleh para artis merupakan salah satu realitas yang menggambarkan bahwa telah terjadinya pergeseran konsumsi nilai guna menjadi nilai tanda. Tanda cantik (ideal) marak diperebutkan guna sebagai bentuk afiliasi sosial tertentu. Tanda cantik tersebut mampu untuk meningkatkan kebanggaan simbolik bagi yang telah memperoleh tanda tersebut. Namun disisi lain dengan maraknya konsumsi tanda tersebut telah membuat orang-orang tidak mampu untuk membedakan mana realitas yang nyata dan mana yang semu. Sehingga orang-orang di era postmodern ini menurut baudrillard dapat dikatakan hidup dibawah bayang-bayang hiperealitas.


Daftar Pustaka
Demartoto, Argyo. 2009. Membedah Gagasan Post Modernisme Baudrillard: Realitas Semu. Jurnal Sosiologi Dilema . (Online). Vol. 1 No. 2. (http://journal.ui.ac.id. Diakses 25 Februari 2016).
Eka Wenats Wuryanta, Makalah Teori Kritis Simulacra dan Hyper-reality  Super Junior, Representasi Ketampanan Lewat pencitraan dan konstruksi Media. htm
Idi Subandy Ibrahim (ED.), Lifestyle Ecstacy: Kebudayaan Pop dalam "Masyarakat Komoditas" Indonesia, Jalasutra, Yogyakarta.
Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Sitorus, Shinta Megawati. 2014. Konsumsi Nilai Tanda Operasi Plastik Ditinjau Dari Pemikiran Baudrillard. Jakarta: Universitas Indonesia. Disertai tidak diterbitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar