Nama :Mutoharoh
NIM :13040564056
Kelas :B/ 2013
Prodi :S1 Sosiologi
Agama
dan Politik
Agama dan Politik merupakan dua
hal yang berbeda. Tetapi kedua hal tersebut tidak bisa di pisahkan dalam
realita sekarang. Agama merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Agama
juga merupakan fenomena universal karena ditemukan di setiap masyarakat. Pada
dasarnya agama telah ada sejak zaman prasejarah,yang dimana saat itu orang
sudah menyadari bahwa ada kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya yang bisa
dikontrol, dan kekuatan tersebut bahkan mempengaruhi kehidupan. Sedangkan
politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dan
masih banyak definisi dari pengertian politik. Pada umumnya proses penentuan
dan pelaksanaan tujuan-tujuan politik di suatu negara. Dalam
konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku
politik, partisipasi politik,
proses
politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk
beluk tentang partai politik.
Politik menyangkut berbagai kegiatan termasuk kegiatan partai politik dan
kegiatan individu demi kepentingan bersama.
Tidak di pungkiri bahwa adanya keterkaitan
agama dengan politik. Berbagai fenomena yang terjadi di berbagai belahan dunia
menunjukkan keterkaitannya tersebut. Mengenai pengkajian antara agama dan politik
sebenarnya menyangkup area sangat luas. Sekarang ini tidak sedikit Negara yang
yang menggunakan institusi agama untuk kepentingan-kepentingan politiknya. Pada
skala mikro, banyak politisi (calon politisi) yang menggunakan agama untuk
meraih sumber daya politik seperti yang terjadi dalam peristiwa pemilihan umum
di Indonesia. Sehingga munculnya gerakan-gerakan sosial berbasis agama
merupakan fenomena lain yang menunjukkan keterkaitan agama dengan politik.
Gerakan-gerakan sosial tersebut diinspirasi oleh kepercayaan yang memiliki
kepentingan politik. Jadi gerakan-gerakan sosial seperti ini penuh dengan
muatan politik.
Dalam konsepsi sebagian besar
masyarakat Indonesia, kehidupan politik juga seharusnya dilandasi oleh
niali-nilai agama. Konsepsi ini agak berbeda dengan
politik di negara Barat yang memisahkan secara tegas antara politik dan agama.
Politik dan posisi-posisi politik harus dipisahkan secara tegas dengan agama.
Konsepsi ini menghendaki agar pemimpin agama tidak terlibat dalam politik
praktis. Mengkaji
masyarakat Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari faktor negara atau
politik. Sejarah telah membuktikan bahwa Islam merupakan faktor berpengaruh
terhadap politik. Ada dua alasan mengapa hal ini terjadi. Pertama, karena secara kuantitas umat
Islam di Indonesia merupakan mayoritas. Kedua, karena adanya pemikiran dalam umat Islam sendiri bahwa
memang Islam dan politik tidak dapat dipisahkan.
Dapat dikatakan
bahwa politik berbuah dari hasil pemikiran agama agar tercipta kehidupan yang
harmonis dan tentram dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini
disebabkan oleh sikap dan keyakinan bahwa seluruh aktifitas manusia, tidak
terkecuali politik, harus dijiwai oleh ajaran-ajaran agama, disebabkan oleh
fakta bahwa kegiatan manusia yang paling banyak membutuhkan legitimasi adalah
bidang politik, dan hanya agamalah yang dipercayai mampu memberikan legitimasi
yang paling meyakinkan karena sifat dan sumbernya yang transcendent.
Dari penjelasan
di atas bisa dikaitankan dengan teori yang sudah dipelajari di Sosiologi Agama
yaitu Teori yang dikemukakan oleh Jose Casanova yang merupakan sosiolog agama
berkembang di Spanyol. Casanova dikenal dengan tesis dimensi publik agama dalam
dunia kontemporer. Casanova juga mengidentifikasi bahwa agama-agama masyarakat
kontemporer dunia memiliki empat ciri umum. Pertama, identitas agama lebih
bersifat volunter dari pada identitas yang terberikan (ascribed). Individu memilih komunitas agama yang diinginkan,
selanjutnya bertanggung jawab terhadap agama dan kepercayaan. Kedua, komunitas
agama global merupakan komunitas besar yang dibayang (imagined). Media dan teknologi memungkinkan orang berfikir tentang
dirinya sendiri sebagai bagian komunitas penganut agama di seluruh dunia yang
tidak pernah ditemuinya. Selanjutnya, setiap agama dunia memiliki ciri dengan
membandingkan dari bagian-bagian internalnya.
Terdapat bukti
yang cukup meyakinkan yang mengindikasikan pentingnya peran agama. Tesis
privatisasi Casanova menyebutkan proses tersebut dengan de-privatisasi agama. Istilah tersebut menunjukkan proses bahwa
agama menghilang dari ruang prifat menuju kancah berdebatan dan legitimasi
ruang publik. Agama mendukung hak-hak dan kebebasan atau mempertahankan
bentuk-bentuk tradisional urusan birokratis. Casanova menyatakan bahwa absennya
agama dalam urusan publik hanyalah mitos. Ketika agama tidak mempunyai
legitimasi hak regulatif, agama tetap mempunyai kekuatan publik. Tradisi
diseluruh dunia menolak peran marginal dan privat agama. Buktinya tokoh-tokoh
hak sipil bermetamorfosis menjadi aktivis antiaborsi dan pemimpin agama terus
memainkan peran nyata dalam urusan publik baik di Amerika Serikat maupun di
seluruh dunia, umat beragama dan kelompok-kelompok tertentu melibatkan diri
sacaara aktif dalam urusan politik. Selain itu, banyak orang yang mengaitkan
preferensi politiknya dengan agenda agama.
Agama publik
menurut Knoblauch mentrandensikan batas antara ruang publik dan privat mulai
dari mistikisme individual hingga dominasi terorganisasi dan mulai dari
organisasi yang mapan hingga organisasi insidental. Agama publik mempunyai
makna bahwa agama dipolitisasi, bagian dan/atau aktor terlibat dalam perdebatan
politik yang selama ini tidak menjadi perdebatan partai politik, legislator,
maupun kalangan eksekutif. Lebih dari itu agama dimainkan dan memainkan peran
penting dalam perang melawan rasisme setelah berakhirnya perang dingin. Munculnya entitas politik baru berbasis
agama, seperti negara Demokratik, Polandia, Bosnia, atau Kroasia merupakan
elemen utama legitimasi agama.
Kemudian tidak terlepas dari Antonio Gramsci
mengenai teori Hegemoni.
Teori ini merupakan penguasaan dengan kepemimpinan moral dan intelektual secara
konsensual. Pada kasus tersebut adanya hegemoni yang dilakukan oleh pemimpin
pada masyarakat. Berdasarkan pemikiran Grmasci dapat dijelaskan bahwa hegemoni
merupakan suatu kekuasaan atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan
sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah jadi doktrin terhadap kelompok-kelompok
masyarakat lainnya yang mana kelompok yang di dominasi tersebut secara tidak
sadar mengikutinya. Kelompok yang di dominasi oleh kelompok lain (penguasa)
tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya terjadi.
Dalam relialitanya terdapat di
Negara Indonesia mengenai legitimasi agama yang berbasiskan politik. Apalagi
mayoritas agama Islam, adanya umat Islam sendiri di Indonesia mulai mengambil
langkah dengan jalan meduduki suatu kekuasaan di Pemerintahan. Hal ini sangat
berguna, karena ketika suatu umat dapat menduduki di dalam posisi pemerintahan,
maka segala kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan yang diambil akan
menguntungkan dan dapat mensejahterakan kaumnya dengan memberi hak yang sama kepada
kaum yang lain. Salah satu langkah yang diambil oleh umat Islam sendiri sejak
jaman penjajahan hingga sekarang adalah dengan membentuk Partai Politik. Sehingga
memunculkan banyak terdapat partai-partai politik yang beratas namakan islam,
misalnya PKB(Partai Kebangkitan Bangsa), PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan
Partai PPP(Partai Persatuan Pembangunan) yaitu gabungan dari empat partai
keagamaan yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai serikat Islam Indonesia
(PSII), Perti, Permusi. Sehingga tidak dipungkiri lagi banyak aktor yang
mengatasnakamakan salah satu partai dengan tujuan pribadi dan partainya. Dan
meskipun diusung oleh partai politik berbasiskan agama tetapi masih saja ada
korupsi di dalam partai tersebut. Sehingga seolah-olah agama yang soroti bukan
politiknya.
Salah
satu kasus dengan adanya peran politik dengan Kyai yang ada di Pondok
Pesantren. Salah satu kasus tersebut menyinggung Kyai mencalonkan menjadi
anggota DPR yang mana beliau diusung salah satu partai politik yang
akan melakukan pemilihan umum. Partai tersebut adalah PKB, beliau sangat terdukung
partai politik tersebut sehingga sebelum pemilihan berlangsung memberikan fatwa-fatwa politik beliau yang secara umum melalui barbagai macam cara,
diantaranya adalah diselipkan
disetiap pengajian yang beliau lakukan setiap pagi yang selanjutnya
disiarkan langsung melalui dua media masa yakni radio dan televisi yang dimiliki oleh pondok pesantren. Dalam fatwa-fatwanya
beliau mengajak jama’ah dan santrinya untuk mendukung beliau di partai PKB agar
mampu unggul di dunia politik, dan memenangkan pemilu. Karena banyaknya jama’ah
dan santri menjadikan kegiatan politik yang disampaikan oleh beliau sangat
bagus, apalagi dikaitkan dengan agama.
Dalam kegiatan yang
dilakukan oleh Kyai tersebut, selaku sebagai pemimpin pondok pesantren dan
pendukung dari partai PKB dalam melakukan hegemoni pada santrinya sangat bagus.
Dari satu sisi beliau sebagai pemimpin yang harus memberikan contoh yang baik,
dan memberikan pesan-pesan agama mana baik dan mana yang buruk. Sekarang tidak
seidkit pesantren digunakan untuk melakukan kegiatan politik. Dalam kegiatan
politik tidak lepas dari hegemoni dari pemimpin. Pemimpin yang baik tidak
seharusnya melakukan hegemoni yang berkaitan dengan politik. Karena belum tentu
yang dikatan dalam politiknya benar. Seharusnya elit partai agar tetap memberikan pandangan positif
kepada peran seorang kyai dalam peta politik
nasional, karena bagaimanapun juga kyai adalah figur yang tidak bisa dibantahkan eksistensi keberadaannya dalam
dunia politik.
Peran Pemimpin di dalam pondok pesantren
adalah sebagai acuan dalam proses belajar agama yang mendalam. Ketika para
santri dan jama’ah diberikan pembelajaran yang salah maka akan menjerumuskan
mereka ke jalan yang tidak sesuai dengan perintah Allah. Berbeda lagi bila
dalam pemilihan umum, sebenarnya santri mempunyai hak untuk memilih sesuai
dengan hak mereka, tanpa harus adanya campur tangan dari Pemimpinnya. Meskipun
begitu Pemimpin mempunyai peran untuk memberikan pandangan mana yang harus di pilih
dan tidak dipilih. Tetapi bila Pemimpin tersebut sudah masuk ranah politik maka
akan lebih mengutamakan kepentingan politik di partainya.
Sumber:
Haryanto, Sindung. 2015. Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga
Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Goodman,
J. Douglas dan Ritzer George. 2008. Teori
sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Selamat malam, sy mau bertanya. Mengapa politik dan posisi-posisi politik harus di pisahkan secara tegas dengan agama ? Terima Kasih..
BalasHapusSebenarnya untuk politik dan agama menurut saya sendiri sebagai orang sosial tidak bisa dipisahkan karena semua bergantung pada cara oknum tersebut mamakai keduanya. Sedangkan di masyarakat politik dan agama secara tegas keduanya dipisah, apalagi stereotype di masyarakat menganggap bahwa politik itu buruk.
Hapus