Pada film I not Stupid ini digambarakan
pada kehidupan dan perjuangan yang diperankan dari tiga anak laki-laki yang
duduk di Sekolah Dasar yang memiliki latar belakang berbeda, dan mereka berasal
dari keluarga yang status sosial ekonomi juga berbeda. Mereka adalah Liu Kok
Pin, Ang Boon Hock, dan Terry Kho.
Kok
Pin merupakan anak dari seorang pekerja biro iklan yang begitu sibuk dan selalu pulang larut malam. Ibunya
selalu menuntut Kok Pin unggul di akademisi dan ketika harapan ini tidak
tercapai, Kok Pin selalu dipukuli dengan rotan dan ibunya sendiri pun setres. Terry
adalah anak pengusaha sukses yang suka main perintah dan begitu juga dengan
ibunya yang selalu mengatur. Terry sangat dimanjakan oleh orang tuanya sehingga
keadaan seperti ini membuat dia menjadi anak yang cengeng dan tidak mandiri.
Sedangkan Boon Hock adalah murid yang pintar dan suka membantu ibunya berjualan
di warung mie milik keluarga.
Mereka
bertiga berada pada kelas yang sama yaitu EM3. Di Singapura, saat anak-anak
berusia 12 tahun, mereka dikelompokkan dalam 3 kelompok EM1 (anka-anak yang
memiliki kecerdasan yang tinggi), EM2 (anak-anak dengan dengan kecerdasan
rata-rata), dan EM3 (anak-anak dengan kecerdasan dibawah rata-rata). Pembagian
kelas tersebut berdasarkan kemampuan anak-anak dalam meguasai matematika dan
ilmu pengetahuan, Kok Pin, Boon Hock, dan Terry tidak menguasai mata pelajaran
seperti itu sehingga mereka digolongkan dalam kelas EM3, golongan anak-anak
yang kurang berprestasi. Pada film ini adanya sistem stratifikasi sosial dengan
penggolongan atau klasifikasi pada siswa yang berprestasi atau tidak. Kemudian
juga masalah pekerjaan atau pendapatan orang tua mereka yang berbeda. Dengan
pekerjaan orang tua yang bisa dibilang lebih layak maka siswa akan lebih
berprestasi. Karena adanya sarana, prasarana yang mendukung dalam proses
belajar.
Pada film ini juga menekankan adanya bentuk proses belajar
berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa yang lain, dengan peran orang tua
sebagai motivator dalam belajar. Di sekolah tersebut menganggap
anak yang pintar adalah yang menguasai matematika dan ilmu pengetahuan. Pada
dasarnya yang sangat diinginkan oleh orang tua agar mereka pintar dalam mata pelajaran
matematika dan pengetahuan. Ketiga anak tersebut dianggap tidak
berprestasi di sekolah karena tidak menguasai 2 mata pelajaran tersebut. Pada
salah satu siswa yaitu, Kok Pin adalah anak yang memiliki
bakat melukis. Tapi sayangnya bakat itu tidak berarti bagi sistem pendidikan
disana. Kemudian juga di sekolah itu juga harus menguasai beberapa bahasa, yang
paling ditekankan adanya bahasa Cina dan bahasa Inggris.
Film
ini menggambarkan bagaimana tekanan yang harus diterima oleh anak-anak yang ada
disekolah tersebut. Di sini lebih melihat anak dari kemampuan kognitifnya
dengan menguasai beberapa mata pelajaran, dan disekolah ini pula meremehkan
bakat yang terpendam dari siswanya. Sistem pendidikan di sekolah tersebut
didasarkan klasifikasi berdasarkan kecerdasan kognitif di tambah lagi dengan
orang tua yang memaksakan kehendak pada mereka. Hal itu di alami oleh Terry,
anak orang kaya tapi teramat penurut pada ibunya, dan Kok Pin yang harus
menerima sabetan rotan saat nilai ulangannya turun. Hasilnya Justru membuat Kok
Pin semakin putus asa, sampai-sampai mencoba bunuh diri.
Pada Ekspektasi dan Nilai di
dalam film tersebut tidak berjalan sesuai harapan, bagaimana seseorang siswa
mencapai kesuksesannya kalau mereka tidak memiliki harapan untuk bisa mencapai
kesuksesannya. Kemudian mereka sendiri mengangggap kalau hasil dari jerih payah
mereka itu tidak dihargai, jadi mereka berfikir kalau apa yang mereka kerjakan
tidak akan ada manfaatnya di mata orang lain. Ketika mereka sudah berusaha
untuk menekuni mata pelajaran tersebut, tetapi masih saja nilainya belum
mencapai yang diinginkan orang tua dan guru mereka.
Film
ini mencerminkan adanya stegma sosial yang terjadi di sekolah tersebut. Ketika
mereka dianggap tidak menguasai mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan,
mereka dianggap tidak sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan disekolah
tersebut. Mereka seakan-akan dikucilkan dari lingkungan sekolah bahkan mendapat
ejekan dari teman-temannya. Di film ini juga adanya Labeling yang mana mereka
bertiga dianggap bodoh oleh gurunya, ketika mereka sudah berusahan semaksimal
mungkin untuk mendapatkan nilai yang baik, mereka tetap saja dianggap bodoh.
Dari presepsi guru maka akan menyebar pada siswa-siswinya.
Perlu adanya penciptaan
lingkungan kondusif dalam belajar. Pada film ini dalam proses pembelajarannya
pun kurang menyenangkan. Kemudian penyampaian pelajarannya pun kurang menarik, Seharusnya
guru mengerti kondisi kelas dan karakter siswa-siswinya. Dengan suasana dan
cara mengajar guru dalam menyampaikan pelajaran yang berbeda akan memotivasi
siswa untuk belajar lebih baik. Tetapi pada akhirnya ada seorang guru yang bisa
menciptakan iklim psikologi yang efektif dengan memberi motivasi dan semangat dalam belajar.
Kemudian tidak adanya strategi-strategi
Asesmen di kelas. Asesmen adalah suatu proses mengamati sebuah sampel dari
prilaku seorang siswa dan mengambil kesimpulan tentang pengetahuan dan
kemampuan siswa tersebut. Di dalam film guru mengenmbangkan asesmen performa,
guru melihat keterampilan siswa secara tidak tertulis. Yaitu penilaian terhadap
bakat yang dimiliki oleh Liu Kok Pin. Kemudian guru juga mengembangkan asesmen
yang dikembangkan sendiri oleh guru, asesmen tersebut digunakan untuk membantu
meningkatkan pengajaran yang dapat memberikan motivasi terhadap siswa juga
meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Jadi
pada film ini bahwasanya dalam memperoleh pendidikan wajib adanya, dengan
mencerminkan kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Dalam pendidikan juga tidak
terlepas dari peran orang tua maupun guru dan lingkungan. Pada film ini juga
mengingatkan kita semua bahwa setiap anak memiliki kecerdasan sendiri-sendiri,
kalau bisa kecerdasan mereka kita dukung dan kita kembangkan. Mereka tidak
boleh dikucilkan maupun dipinggirkan, apalagi merampas hak pendidikannya, hanya
karena gagal dalam ujian matematika atau mata pelajaran lainnya. Sesungguhnya
tidak ada anak yang bodoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar